KENDAWANGAN, KOMPAS.com - Pada Senin (9/2/2015), rombongan jurnalis berangkat dari Kendawangan, Kabupaten Ketapang, untuk mengunjungi lokasi bekas tambang bauksit milik PT Harita Prima Abadi Mineral (HPAM). Sejak diberlakukannya Peraturan Menteri Nomor 7 Tahun 2012, HPAM menghentikan produksinya secara bertahap hingga 2013, yang berdampak pada pemutusan hubungan kerja bagi banyak karyawan.

Di Dusun Suka Ria, kepala dusun Nikodemus mengungkapkan bahwa reklamasi kawasan bekas tambang belum sepenuhnya dilakukan. Banyak tanah yang dikembalikan kepada masyarakat tidak direklamasi, sehingga warga berusaha menanam di lahan tersebut, namun hasilnya tidak memuaskan.

Saat berkeliling ke bekas tambang, terlihat lubang menganga dan genangan air, dengan warna merah tanah bekas galian bauksit mendominasi pemandangan. Nikodemus menjelaskan bahwa kolam bekas washing plant dulunya merupakan aliran sungai yang diputus untuk dijadikan kolam penampungan air, sementara limbah tambang mencemari rawa-rawa di sekitarnya.

Beberapa area bekas tambang telah ditanami pohon kelapa sawit, namun warga masih bingung mengenai asal-usul tanaman tersebut. Nikodemus menyatakan bahwa sawit ditanam baik oleh warga maupun perusahaan, dan tidak ada sosialisasi yang jelas mengenai hal ini, sehingga terjadi saling lempar tanggung jawab antara perusahaan sawit dan tambang.

Kondisi ini menciptakan ketidakpastian bagi masyarakat, yang merasa terjebak antara perusahaan tambang yang sudah berhenti beroperasi dan perusahaan sawit yang baru masuk. Warga berharap ada kejelasan dan perhatian dari pihak terkait untuk memperbaiki situasi di kawasan bekas tambang tersebut.

Sumber: https://regional.kompas.com/read/2015/02/17/12084881/Potret.Reklamasi.Setengah.Hati.di.Bekas.Tambang.Harita.di.Kendawangan.